Sabtu, 28 Februari 2009

Nasehat Imam Ghazali pada Anak Didik dan Pendidik


Writen by: Mr. Kuswartomo, ST. MT

Imam Ghazali sebagai seorang tokoh pendidikan Islam paling terkenal di dunia yang
dilahirkan di Kota Thusia pada tahun 450 H. Nama lengkap beliau “Abu Hamid Al Ghazali Hujjatul-Islam bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad. Beliau dari kalangan keluarga sederhana, ayah beliau seorang pembuat dan pedagang pakain dari bulu. Imam Ghazali kecil beserta adiknya bernama Ahmad sudah ditinggal wafat oleh ayahnya, Hidup Imam Ghazali dan Ahmad dititipkan pada teman ayahnya seorang ahli tasawuf. Pada masa kecil, beliau belajar ilmu fikih pada Syech Ahmad bin Muhammad Ar-Razikani yang kemudian pergi ke Jurjan belajar pada Imam Abi Nasar Al-Ismaili. Imam Ghazali belajar pada banyak guru di berbagai negeri, Imam Al-Haramain di Nisapur.
Pada tahun 484 H, Imam Ghazali dilantik menjadi guru besar Perguruan Tinggi Nizamiyah di Kota Bagdad dalam negera Irak. Semua pengajar dan pelajar di perguruan tinggi tersebut sangat menghormatinya karena ketinggian dan keahlian ilmu serta hatinya. Setelah menunaikan ibadah haji pada tahun 488H, beliau pergi di negeri Syiria yang diteruskan ke Kota Damaskus tempat beliau menetap. Pada massa di kota tersebut beliau mengarang buku yang berjudul “IHYA”. Dalam buku tersebut salah satu babnya beliau memberikan nasihat tentang adab kesopanan pada pelajar dalam menuntut ilmu dan pendidik sebagai pengajar para pelajar.
Nasihat Imam Ghazali pada pelajar :
1.Pelajar harus mempunyai kesucian batin dari kerendahan budi dan sifat-sifat tercela.
2.Mengurangi hubungan dengan persoalan duniawi dan belajarlah jauh dari kampung halaman agar supaya konsentrasi.
3.Jangan sombong dengan ilmu pengetahuan dan jangan angkuh pada guru.
4.Belajarlah pada pokok-pokok ilmu terlebih dahulu.
5.Bila guru tidak mempunyai pendirian, baiklah berhati-hati terhadap guru yang demikian akan menyesatkan.
6.Semua ilmu yang berguna perlu dipelajari meskipun hanya tujuan dan pokok-pokoknya saja
7.Pelajar harus mempunyai ketetapan hati yang kuat bahwa belajar hanyalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
8.Tunggulah lebih dahulu dalam mempelajari ilmu yang lebih tinggi sebelum memahami ilmu yang di bawahnya, karena ilmu itu bertingkat-tingkat.
9.
10.Imam Ghzali membagi ilmu menjadi tiga, yaitu pokok, penting, pelengkap. Utamakan dahulu yang pokok kemudian penting, dan seterusnya.
11.Pelajar harus mengetahui bahwa yang amat penting menjadi prioritas utama.
12.Kejayaan ilmu yang dituntut itu apatlah kiranya mengangkat kita di syurga ke satu tempat di mana kita berbahagia, bertemu langsung dengan Allah SWT dan dapat menikmati wajah Allah SWT yang amat mulia.
Imam Ghazali yang sangat peduli dengan pendidikan jga memberikan pesan kepada pendidik sehingga dapat bekerja penuh dengan dedikasi yang tinggi. Nasihat yang diberkan Imam Ghazali ini akan meningkat martabat lembaga pendidikan yang sekarang sudah mulai beralih pada sebuah komersialisasi atau lembaga pendidikan adalah perusahaan yang menghasilkan uang. Nasihat yang diberikan oleh Imam Ghazali terdiri dari 7 hal, yaitu :
1.Para pendidik mempunyai kasih sayang pada peserta didik, meskipun kadang-kadang bertindak keras dan marah akan tetapi masih dalam ruang lingkup kasih sayang.
2.Para pendidik dilarang memungut biaya pendidik dari peserta didik. Para pendidik hendalah bekerja secara ikhlas karena Allah SWT.
3.Para pendidik hendaklah memberikan petunjuk kepada peserta didik, baik dalam bidang pelajaran ataupun kemasyarakatan.
4.Tegur-sapalah pelajar dengan menyindir tanpa membentak dan bawakanlah dalam suasana ramah dan kasih sayang.
5.Antar pendidik hendaklah bersama-sama membawa peserta didik menghormati seluruh pendidik dan seluruh pengetahuan.
6.Pendidik hendaknya dalam meberikan ilmu secara bertingkat dan berikan menurut kekuatan akal mereka.
7.Para pendidik hendanya melaksanakan dan mengamalkan ilmu pengetahuannya.
Itulah nasihat-nasihat Imam Ghazali yang sangat dalam dan bagi para peserta didik maupn pendidik perlu diperhatikan untuk membawa bangsa ini menjadi bangsa maju dan beradab (cerdas akal dan cerdas nurani).
“Umpama guru dengan pelajar adalah seperti tongkat dengan bayangannya” (Imam Ghazali)

Tidak ada komentar: