Kamis, 19 Februari 2009

Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya


Anakku, pahamkah kau dengan petuah bijak dari Arab diatas? Ya, dengan menuliskan ide-ide yang ada di benak kita maka akan menjadi tertata dan melekat makin kuatlah ide-ide tersebut.

Menulis berarti merekam suatu kumpulan ide yang berserakan di otak agar tetap terjaga dan tak lekas lekang oleh waktu. Bukankah kita ini mahluk yang dikarunia sifat lupa? Ide-ide yang brilian sekalipun menjadi tidak berarti manakala masih terpendam di dalam benak kita. Tak berlebihan kiranya, bila dikatakan budaya tulis menjadi ciri utama bangsa yang berapadapan tinggi

Tahukah kau, Anakku, sebegitu pentingnya budaya menulis hingga para ahli sejarah perdaban manusia membagi perjalanan sejarah suatu kaum kedalam dua tahapan: Pertama, tahap belum mengenal tulisan (masa pra-sejarah) dan kedua, tahap telah mengenal tulisan (masa sejarah). Tinggi rendahnya suatu peradaban ditengarai dengan cepat lambatnya peradaban tersebut meninggalkan tahapan yang pertama menuju tahapan yang kedua. Bangsa Mesir kuno dengan huruf Hyrogliph-nya sebagai misal, dalam buku-buku sejarah dikategorikan sebagai Pusat Perdaban Tertua di Dunia karena mereka telah mengenal tulisan tersebut ribuan tahun sebelum tarikh Masehi (± Th. 3000 SM). Bangsa Babylonia/Mesopotamia (wilayah Irak sekarang) lebih jauh lagi, telah meninggalkan masa pra-sejarah sejak ± Th. 4000 SM. Bahkan tulisan bangsa ini, yang dikenal dengan sebutan Huruf Paku karena memang berbentuk seperti paku huruf-hurufnya, dianggap sebagai tulisan tertua di dunia. Mereka telah mencapai pencapaian peradaban yang tinggi pada zamannya, Mesir dengan Piramida-nya dan Babylonia dengan Taman Bergantung-nya. Jadi, anakku, jelaslah pencapaian suatu peradaban selalu berkaitan dengan budaya tulisnya. Demikianlah paparan sejarah membuktikan.

Wahai buah hatiku, camkanlah! Kemampuan mengekspresikan ide melalui tulisan erat kaitannya dengan tingkat kecerdasan seseorang. Dari hasil tulisan seseorang akan terlihat seberapa jauh tingkat kecerdasannya. Namun, bukan berarti kemampuan menulis itu hanya dimiliki oleh orang-orang cerdas yang punya bakat menulis. Layaknya ketrampilan-ketrampilan yang lain bakat bukanlah faktor penentu utama keberhasilan seseorang untuk menguasai ketrampilan tertentu. Ketekunan dan kemauan untuk terus berlatih lebih berperan.

Masih ingatkah kalian ketika awal belajar naik sepeda onthel-mu? Bukankah kalian perlu berlatih untuk bisa menaikinya? Bahkan kadang kalian terjatuh, bukan? Tapi, pastinya kalian tetep terus mencoba, walhasil kini kalian mampu menaikinya kemanapun kalian mau. Begitu pula dengan ketrampilan menulis, ia terbentuk melalui proses dan tahapan-tahapan yang dibalut dengan ketekunan. Ketekunan untuk mencoba dan berusaha.
Percayalah anakku, tuangkanlah ide-idemu! Puisimu, ceritamu, bahkan cerita tentang kambingmu yang melahirkan sekalipun kalau perlu. Jangan ragu atau malu. Pak Guru kan selalu menunggu karya-mu di blog tercinta ini selalu …

Tidak ada komentar: